Selamat Datang di jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah Surabaya | UAS di mulai 19 Januari 2015, Semangat Kawanku!

Sabtu, 18 Oktober 2014

Saatnya Indonesia Nikmati Layanan 4G, Bukan Jadi Penonton

Saatnya Indonesia Nikmati Layanan 4G, Bukan Jadi Penonton

Indonesia jangan mau hanya menjadi penonton layanan 4G, sementara negara tetangga masyarakatnya sudah mencicipi akses internet kecepatan tinggi. Principal Analyst Ovum Nicole McCormick mengatakan, pasar Indonesia sebenarnya sudah siap akan hal tersebut.

“Pasar Indonesia sudah siap untuk 4G berbasis Frequency Division Duplexing Long Term Evolution (FDD-LTE) atau Time Division Duplex-Long Term Evolution (TDD LTE),” ungkap Principal Analyst Ovum Nicole McCormick, dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat (17/10/2014).

Menurutnya, jika pengguna sudah siap, tentu operator lebih siap, apalagi ekosistem pendukung seperti perangkat juga sudah bertebaran.

“Sekarang pertanyaannya, Indonesia mau jadi penonton dari teknologi 4G atau ikut menikmati? Biasanya teknologi ini dimulai dari perkotaan karena kemampuan  dan kebutuhan masyarakatnya dibandingkan di pedesaan,” katanya.

Disarankannya, jika memang ingin bermain di perkotaan maka frekuensi yang bisa digunakan dari  spektrum yang besar mulai dari 1800 Mhz ke atas.

Dalam catatan, Indonesia sudah menggelar TDD LTE di 2,3 GHz melalui Internux. Namun, jika berbicara skala ekonomi, tentunya FDD LTE di 1.800 MHz harus dibuka.

Data dari Global mobile Suppliers Association (GSA)  memperkirakan pada akhir 2013  ada 244 layanan berbasis LTE yang komersial di 87 negara. Hampir 44 persen komersial LTE berjalan di frekuensi  1800 MH. Frekuensi lainnya yang popular untuk LTE adalah  2.6 GHz,  800 MHz, band 4 (AWS),  dan 700 MHz.

FDD LTE di 1.800 MHz harusnya dibuka pemerintah tahun ini jika konsisten dalam menerapkan teknologi netral layaknya di 800 MHz, 2,3 GHz, dan 900 MHz.

Sayangnya, pemerintah lebih memprioritaskan penataan frekuensi 1.800 Mhz ketimbang menjalankan teknologi netral. Padahal, sekarang penggunaan agregasi kanal hal layak dijalankan untuk mengakali alokasi frekuensi yang tak berdampingan.

General Manager Solution Consulting Huawei Tech Investment Mohamad Rosidi menambahkan  parameter standar kelayakan sebuah negara untuk mengadopsi koneksi internet cepat dengan teknologi 4G LTE adalah ketika suatu negara telah mengadopsi smartphone sampai penetrasi 30 persen.

"Saat pasar telah memakai smartphone sekitar 10-30 persen maka asumsinya masyarakat telah sadar kebutuhan layanan data cepat. Indonesia sekarang sudah punya 27 persen pengguna smartphone di pasar ponsel, maka sudah sangat layak untuk gelar LTE," jelasnya.

sumber : okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar